Didik Turmudzi Blog

Mari kita jalin tali silaturahmi

Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq RA

Posted by d12kt pada 8 Oktober 2011

a.    Biografi Abu Bakar
Nama lengkapnya adalah Abdullah ibn Abi Quhafah Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Taym bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib al Quraisyi at Tamimi. Setelah masuk Islam nama tersebut diganti oleh rasulullah dengan abdullah yang akrab dipanggil dengan abu bakar. Ada pendapat yang mengatakan bahwa gelar tersebut melekat sebagai nama panggilan karena beliau termasuk orang yang mula-mula memeluk Islam. Sedangkan gelar ash-Shiddiq merupakan julukan karena beliau selalu membenarkan Rasulullah tentang berbagai peristiwa terutama pada peristiwa isra’ dan mi’raj.

 

Abu bakar dilahirkan pada tahun 573 M (dua tahun setelah kelahiran Rasulullah) dan meninggal dalam usia 63 tahun sebagimana usia rasulullah. Beliau termasuk golongan orang yang memeluk Islam tanpa banyak pertimbangan. Sebelum masuk Islam ia merupakan seorang saudagar kaya yang mempunyai pengaruh yang cukup besar dikalangan bangsa Arab. Selain itu beliau juga dikenal sebagai orang yang jujur dan dermawan serta senang beramal untuk kepentingan perjuangan Islam. Bukti kedemawaan tersebut sebagaimana dilukiskan dalam sejarah bahwa ketika Rasulullah saw. Mempersiapkan pasukan menuju Tabuk, Abu Bakar menyumbangkan semua harta kekayaan yang dimilikinya dan tidak ada lagi yang tersisa.
Ketika terjadi hijrah, Abu bakar merupakan sahabat yang setia mengawal perjalanan Nabi hingga di madinah. Penderitaan yang dialaminya dalam peristiwa  tersebut serta ancaman maut yang mengintainya setiap saat tidak pernah menyurutkan semangat kesetiaan terhadap Nabi Muhammad dan agama yang dibawanya. Kedekatan Nabi dengan Abu Bakar dalam perjuangan Islam ibarat Nabi dengan bayangannya.
b.   Proses Pengangkatan Abu Bakar Sebagai Khalifah
Setelah Rasulullah wafat, kaum muslim di madinah, berusaha utuk mencari penggantinya. Ketika kaum muhajirin dan ansar berkumpul di Saqifah  bani Sa’idah terjadi perdebatan tentang calon khalifah. Masing-masing mengajukan argumentasinya tentang siapa yang  berhak sebagai khalifah. Kaum anshar mencalonkan Said bin Ubaidillah, seorang pemuka dari suku al-Khajraj sebagai pengganti nabi. Dalam kondisi tersebut Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah bergegas  menyampaikan pendirian kaum muhajirin, yaitu agar menetapkan pemimpin dari kalangan Quraisy. Akan tetapi hal tersebut mendapat perlawanan keras dari al-Hubab bin munzir (kaum Anshar). Di tengah perdebatan tersebut Abu Bakar mengajukan dua calon khalifah yaitu Abu Ubaidah bin Zahrah dan Umar bin Khattab, namun  kedua tokoh ini menolak usulan tersebut.
Akan tetapi Umar bin Khattab tidak membiarkan perselisihan tersebut terus terjadi, maka dengan suara yang lantang beliau membaiat Abu Bakar sebagai khalifah yang diikuti oleh Abu Ubaidah. Kemudian proses pembaiatanpun terus berlanjut seperti yang dilakukan oleh Basyir bin Saad beserta pengikutnya yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Proses pembaiatan Abu Bakar sebagai khalifah ternyata tidak sepenuhnya mulus karena ada beberapa orang yang belum memberikan ikrar, seperti Ali bin Abi Thalib, Abbas bin Abdul Muthalib, Fadl  bin al-Abbas, Zubair bin al-Awwam bin al-Ash, Khalid bin Sa’id, Miqdad bin Amir, Salman al-Farisi, Abu Zar al-Gifari, Amma bin Yasir, Bara bin Azib dan Ubai bin Ka’ab. Telah terjadi pertemuan sebagian kaum muhajirin dan Anshar dengan Ali bin Abi Thalib di rumah Fatimah, mereka bermaksud membai’at Ali dengan anggapan bahwa Ali bin Abi Thalib, lebih patut menjadi khalifah karena Ali berasal dari bani Hasyim yang berarti ahlul bait.
Proses pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah pertama menunjukkan betapa seriusnya masalah suksesi kepemimpinan dalam masyarakat Islam pada saat itu, dikarenakan suku-suku Arab kepemimpinan mereka didasarkan pada sistem senioritas dan prestasi, tidak diwariskan secara turun temurun.
Setelah didapatkan kesepakatan Abu Bakar sebagai khalifah, kemudian ia berpidato yang isinya berupa prinsip-prinsip kekuasaan demokratis yang selayaknya dimiliki oleh seorang pemimpin negara.
c.    Prestasi Abu Bakar dalam Kepemimpinannya
Semenjak diresmikan menjadi khalifah, Abu Bakar menghadapi berbagai permasalahan dengan muncul nabi-nabi palsu, timbulnya gerakan kaum munafik dan gerakan penentang kewajiban membayar zakat. Namun dalam masa kepemimpinan
Abu Bakar terdapat beberapa prestasi yang beliau capai, hal ini dapat tergambarkan seperti dibawah ini :
     1.      Melanjutkan Ekspedisi ke Syiria.
Sebelum wafatnya Rasulullah, beliau mengirimkan ekspedisi  ke Syiria di bawah pimpinan Usamah bin Zaid, putera dari Zaid bin Harits. Namun Usamah mengurungkannya ketika  dalam perjalanan mendengar berita wafatnya Nabi.  Maka melanjutkan ekspedisi ke Syiria merupakan prioritas  utama kebijakan Abu Bakar, keputusan tersebut ditempuh oleh beliau justru ketika situasi dalam negeri sedang dilanda krisis stabilitas, sehingga pengiriman ekspedisi ini sempat diusulkan para sahabat untuk ditarik kembali ke Madinah untuk membantu mengatasi masalah dalam negeri seperti memerangi orang-orang murtad, orang yang enggan membayar zakat serta pemberontakan lainnya. Namun usulan itu ditolak oleh Abu Bakar karena pengiriman tersebut merupakan amanah Rasulullah. Setelah 40 hari berperang melawan orang-orang Romawi di Syiria, akhirnya ekspedisi Usamah meraih kemenangan, keberhasilan ini menimbulkan opini positif bahwa Islam tetap jaya , tidak akan hilang seiring dengan wafatnya Rasulullah.
     2.      Memberantas Gerakan Nabi Palsu, Kaum Murtad dan Kaum Musyrik.
Masa kekhalifahan Abu Bakar merupakan masa kritis perjalanan syiar Islam  karena dihadapkan sejumlah masalah seperti kemurtadan dan ketidaksetiaan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk  pada pemerintah Madinah, mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad , dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat, beberapa anggota suku muslim menolak untuk membayar zakat kepada khalifah untuk baitul māl (perbendaharaan publik), untuk menghadapinya Abu Bakar  bermusyawarah dengan para sahabat untuk menentukan sikap terhadap mereka dan dengan tegas mengambil keputusan terhadap orang yang ingkar membayar zakat, kini persoalan dalam negeri yang terakhir adalah penyelesaian terhadap pemberontakan yang digerakkan oleh nabi-nabi palsu. Maka dari itu, Abu Bakar membentuk 11 pasukan dan menunjuk pimpinannya masing-masing, di antaranya yaitu: Khalid bin Walid diutus untuk memerangi Thulaihah bin Khuwalid, seorang nabi palsu dan Malik bin Marwan seorang pemberontak. Ikrimah bin abi Jahl ditugaskan memerangi Musailamah al-Kahzab merupakan nabi palsu di Yamamah, Muhajir bin abi Umaiyyah memerangi al-Aswad al-Ansiy, Amr ibn Ash ditugaskan ke daerah Qudaah, Said bin Ash ditugaskan ke daerah Syiriah. Pasukan tersebut telah menunaikan tugasnya dan membawa hasil yang gemilang, beberapa nabi palsu seperti Thulaihah diinsafkan dan akhirnya menjadi mukmin yang  baik.
Setelah permasalahan besar dalam negeri dapat diatasi dengan baik, Abu Bakar menfokuskan pada kebijakan luar negeri  yakni menyelamatkan suku-suku Arab dari penganiyaan pemerintah Persia. Untuk misi ini Abu Bakar kembali mengirimkan Khalid bin Walid dengan pasukannya ke Iraq dan akhirnya bertempur dengan tentara Persia pada tahun 12 H/ 633 M.
     3.      Pengumpulan Mushaf Alquran.
Prestasi lainnya adalah upaya pengumpulan Alquran. Dari dialog Umar bin Khattab dengan Abu Bakar bahwa begitu banyak para huffadz Alquran yang sahid di medan pertempuran, sehingga dikhawatirkan dapat merusak kelestarian Alquran itu sendiri di masa akan datang. Melalui kesaksian sejumlah sahabat yang pernah mendapat pengajaran Alquran dari Rasulullah, dikumpulkan dan disalin kembali oleh Zaid bin Tsabit atas instruksi Abu Bakar. Akhirnya Alquran terhimpun dalam bentuk mushaf yang dikenal dengan nama mushaf usmani.
Meskipun Abu Bakar menjabat khalifah relatif singkat yaitu 2 tahun 3 bulan, beliau berhasil membina dan mempertahankan eksistensi  persatuan dan kesatuan umat Islam diberbagai suku dan bangsa, dan Islam sebagai agama besar dunia melalui sikapnya mengalihkan perhatian kepada penaklukan yang membawa kemenangan gemilang dibeberapa wilayah perbatasan imperium Bizantium.
Di saat kemenangan demi kemenangan diraih pasukan Muslim, Abu Bakar dikabarkan jatuh sakit pada tanggal 7 Jumadil Akhir setelah menderita sakit dan meninggal dunia setelah menderita sakit selama 15 hari, beliau meninggal pada malam selasa tanggal 22 Jumadil Akhir tahun 13 H dalam usia 63 tahun. (lihat lengkap) di Sini

Kepustakaan:

Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Prenada Media: Jakarta Timur, 2003, Badri Yatim, MA., Sejarah Peradan Islam Dirasah Islamiyah, RajaGrafindo Persada,1993, Imam as-Suyuthi, Tarikh Khulafa diterjemahkan oleh Samson Rahman dengan judul Tarikh khulafa, Pustaka al-Kautsar,2006, Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisi Perbandingan, Jakarta: UI Press, 1986, Abu A’la al- Maududi, Khilafah Dan Kerajaan Evaluasi Kritis atas sejarah Pemerintahan Islam, Bandung: 1993.

 

Satu Tanggapan to “Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq RA”

  1. […] https://didikturmudi.wordpress.com/2011/10/08/biografi-abu-bakar-ash-shiddiq-ra/ […]

Tinggalkan komentar