Didik Turmudzi Blog

Mari kita jalin tali silaturahmi

Posts Tagged ‘Dispepsia’

Jangan sepelekan masuk angin

Posted by d12kt pada 17 April 2009

MASUK angin! Kita tentu sudah tak asing pada kosa kata ini. Bahkan, mungkin Anda pernah mengalaminya. Langkah mengatasinya sederhana. Dari membeli obat murah, kerokan, minum jahe panas, atau menyantap makanan berkuah panas nan pedal. Saat musim hujan seperti sekarang, penyakit ini banyak menyerang manusia. Gejala umumnya: tubuh menjadi tak nyaman disertai perut yang kembung. Bahkan, bukan mustahil badan terasa meriang alias panas-dingin. Kadang-kadang gejala tersebut dilengkapi dengan nyeri otot, pusing, sakit tenggorokan, bersin-bersin, sampai batuk dan pilek. Variasi gejala itulah yang sering dianggap sebagai masuk angin. “Biasanya masuk angin muncul saat daya tubuh menurun,” ajar Inayah Budiasti, seorang dokter dari Klinik Hang Lekiu, Jakarta Selatan. Namun, sejatinya, ilmu kedokteran tak kenal istilah masuk angin. Kendati begitu, umumnya dokter tahu apa maksud pasien kalau mereka mengeluh serang masuk angin. “Masuk angin adalah kosa kata yang tercipta dalam masyarakat,” seru Nella Suhuyanly, dokter spesialis penyakit dalam dari Omni Hospital. Dari kaca mata medis, berbagai gejala masuk angin itu umumnya menimpa penderita dispepsia. Dispepsia adalah ketidaknyamanan, bahkan nyeri, Pada saluran pencernaan terutama bagian atas. Gejalanya adalah rasa nyeri pada ulu hati disertai mual, muntah, bloating atau lambung terasa penuh, kembung, sendawa terus menerus, perut terasa kenyang atau sebaliknya alias perut keroncongan (borborgygmi), plus kerap kentut. Pada anak usia remaja, dispepsia umumnya terjadi karena penundaan makan kendati waktu bersantap sudah tiba. Akibatnya, volume asam dalam. lambung mengalami peningkatan. “Jika ini terjadi terus menerus bisa menyebabkan kerusakan pada dinding saluran pencernaan,” kata Nella. Sementara bagi kebanyakan orang, dispepsia terjadi karena imunitas atau daya tahan tubuh seseorang sangat rendah. Akibatnya tubuh menjadi tak bugar. Umumnya kondisi ini terjadi karena tubuh kecapekan. “Pada saat seperti ini, banyak virus kemudian masuk dalam tubuh,” imbuh Inayah. Virus inilah yang kemudian menyebabkan munculnya dispepsia.

WASPADAI ” ANGIN DUDUK ” Saat tubuh dalam kondisi drop, kata Inayah, virus atau mikroorganisme yang ukurannya lebih kecil dari bakteri yang masuk dalam tubuh tak bisa terbunuh oleh antibiotik alami yang dimiliki tubuh. Virus itu kemudian menggandakan tubuhnya hingga menimbulkan dispepsia. Celakanya, virus ini bisa merajalela saat dingin berlebihan. Pada saat dingin, tubuh mengalami vasokontriksi alias penghematan kalori agar badan terasa hangat. Konsekuensinya, jika kondisi pasien drop, tubuh tak bisa menjalankan fungsinya membuang sampah dari sisa-sisa metabolisme yang seharusnya keluar dalam tubuh. “Pada kondisi seperti inilah penyakit apapun bisa masuk termasuk gejala awal masuk angin,” ajar Sapawati Bardosono, dokter dari Departemen Nutrisi, Universitas Indonesia. Jika tubuh tak bisa menolak serangan virus pada tahap ini, dispepsia biasanya akan berlagjut menjadi penyakit flu atau batuk. Lebih lagi, cuaca dingin umumnya juga mengakibatkan rambut-rambut dalam dalam saluran pernafasan lambat bergerak. “Kelambatan inilah yang mengakibatkan lendir atau virus tak bisa keluar dari tubuh,” ajar Sapawati. Jika itu terjadi, bersiaplah terkena serangan batuk dan pilek. Meski begitu, Anda perlu mewaspadai dispepsia yang disertai munculnya banyak keringat serta nyeri di dada. Masyarakat awam menyebutkan “angin duduk”. Sebenarnya ini serangan jantung koroner akut. “Bisa menimbulkan kematian dalam 15 hingga 30 detik,” ajar Mulyadi, dokter dari Klinik Medizone. Jika itu terjadi, tentu tak ada jalan lain kecuali secepat mungkin menghubungi dokter.

* BANYAK MAKAN CEGAH MASUK ANGIN * MESKI ilmu kedokteran tak mengenal istilah masuk angin, banyak orang yakin masuk angin adalah masuknya pathogen angin atau pathogen dingin melalui kulit, mulut, atau hidung. Pathogen angin ini hanga masuk saat tubuh dalam kondisi menurun. Jika tubuh dalam kondisi fit, pathogen atau virus angin bisa terhadang oleh daya tahan tubuh. Sebaliknya, saat badan drop, virus ini bisa herkembang menjadi masuk angin yang kalau berlanjut bahkan bisa memancing munculnya batuk dan pilek. Agar daya tahan tubuh mampu menghalaunya, para dokter memberikan beberapa saran sebagai berikut: Pertama, perbanyak asupan makanan dengan kalori yang tinggi. “Jika perut tak sanggup, Anda bisa menggantinya dengan sup kaldu berprotein tinggi,” ajar Inayah Budiwati, dokter dari Klinik Hang Lekiu, Jakarta Selatan. Makanan atau asupan berkalori atau berprotein tinggi akan membantu tubuh kembali fit. Pada musim hujan berhawa dingin, tubuh butuh asupan kalori yang cukup untuk menstabilkan suhu tubuh. Suhu tubuh nan stabil akan membuat seseorang mampu menangkal penyakit yang datang. Pola makan yang tinggi kalori selama musim hujan bisa membantu metabolisme tubuh sehingga badan tetap hangat. Kedua, biasakan pola hidup yang bersih. Soalnya, apapun penyakit yang muncul umumnya bermula pada pola hidup yang tidak sehat serta kondisi lingkungan yang kotor. Saat musim hujan seperti sekarang, misalnya, pola hidup yang bersih dan seimbang akan berbagai serangan penyakit. Namun, ” Pola hidup yang bersih itu tetap harus ditunjang dengan aktivitas fisik yang pas serta gaya hidup yang seimbang,” imbuh Saptawati Bardosono, dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sebaliknya, lingkungan kotor akan membuat tubuh sangat rentan terhadap serangan penyakit. Ketiga, biasakan untuk selalu mencuci tangan. Seperti kita tahu, tangan memegang fungsi penting dalam tubuh. Ada banyak sentuhan dan rangsangan yang membutuhkan tangan. Tangan dengan mudah bisa bersentuhan dengan seluruh bagian tubuh, seperti mata, hidung, mulut dan anggota tubuh lainnya. “Tangan yang kotor bisa menyebarkan virus ke tubuh,” War Nella Suhuyanly, dokter dari Omni Hospital. Oleh karena itu, biasakan memulai aktifitas apapun dengan mencuci tangan terlebih dulu. Sebagian virus, seperti flu, biasanya menyebar lewat kontak langsung. Menggunakan sabun dan air hangat bisa mematikan virus-virus yang menempel di tangan. Keempat, ada baiknya kita mengonsumsi makanan yang mengandung phytochemical alias vitamin alami pada tumbuhan. Umumnya, vitamin ini ada banyak pada buah-buahan atau sayuran segar berwarna hijau, merah dan kuning gelap. Sayur atau buah yang mengandung phytochemical akan membantu memperkuat daya taban tubuh. “Mengkonsumsi buah yang kaya antioksidan sebenarnya sudah cukup efektif mengusir masuk angin,” ujgr Mulyadi, dokter dari klinik Medizone. Kelima, perbanyak minum air putih. Air berfungsi mengangkat racun-racun yang ada dalam tubuh. Air juga sekaligus mampu mengencerkan dahak yang terlanjur bersemayam dalam tubuh. Orang dewasa butuh minum sedikit-nya delapan gelas air sehari. Selain minuet air putih, kata Mulyadi, air jahe juga sangat bermanfaat untuk membantu mengembalikan tubuh agar kembali fit. “Sebetulnya masuk angin ringan itu tak membutuhkan obat,” ajar Mulyadi. Sebagai perbandingan, di Eropa, jika seseorang terkena gejala pegal, kembung, meriang, mereka biasanya mengonsumsi sup hangat dengan bahan kaldu untuk menghangatkan tubuh. Kemudian, mereka akan beristirahat dengan menyelimuti tubuh dengan selimut tebal. Sementara, di Timur, seperti kebiasaan masyarakat Jawa, mereka mengonsumsi wedang jahe hangat atau teh hangat, Badan kemudian bisa dibalur dengan minyak kayu putih agar hangat. Kata Inayah, pijatan yang merata ke tubuh juga bisa berfungsi melancarkan timbunan asam laktat dalam tubuh sekaligus merilekskan otot agar aliran darah kembali lancar. “Yang juga penting, istirahat yang cukup,” ajar Inayah.

*** PLUS MINUS KEROKAN*** BANYAK orang selalu minta kerok ketika badan merasa nyeri atau pegal karena masuk angin. Bermodalkan sekeping uang logam plus balsem, gejala masuk angin umumnya langsung ngacir. Semakin banyak gurat-gurat merah gelap memenuhi punggung, kian marem sang pasien. Kerokan memang, cara paling tua mengatasi gejala masuk angin. Uniknya, cara sederhana ini tak hanya populer di Indonesia, melainkan juga di negara-negara Asia lainnya. Orang Vietnam menyebut kerokan sebagai cao giodi. Adapun warga Kamboja menjulukinya goh kyol. Di China yang terkenal dengan akupunturnya, metode kerokan juga cukup populer dengan sebutan gua sua. Bedanya, orang China memakai batu giok sebagai alat pengerok, bukan kepingan uang logam. Konon, warna merah yang timbul pada kulit setelah kerokan adalah pertanda badan telah kemasukan angin secara berlebihan. Makin pekat warnanya, pertanda banyak pula angin yang berdiam di tubuh. Benarkah? Tentu tidak. Warna merah pertanda pembuluh darah halus (kapiler) di bawah permukaan kulit pecah sehingga terlihat sebagai jejak merah di tempat yang dikerok. Badan orang sehat pun akan memerah jika dikerok. Karena itu, banyak kalangan tak meyakini kemujaraban pengobatan kerok. “Di negaranegara barat, kerokan sama sekali tak dikenal,” ajar Saptawati Bardosono, dokter dari Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Namun, secara medis, kerokan adalah salah satu metode memperlebar pembuluh darah tepi yang menutup (vasokontiksi) menjadi menjadi semakin melebar (vasaditilasi). “Ini tak berbahaya asal tak jadi kebutuhan primer,” ujar Mulyadi, dokter dari Klinik Medizone. Jika terus-terusan kerokan, akibatnya banyak pembuluh darah kecil dan halus yang akan pecah. Namun, dalam taraf normal, kerokan akan membuat penderita masuk angin merasa nyaman karena telah melepas hormon beta endofin. “Secara ilmiah, praktek sederhana ini terbukti mampu mengobati gejala masuk angin atau sindroma dingin yang memiliki gejala nyeri otot (mialga),” tandas Mulyadi. Bukan hanya itu, prinsip kerokan tak beda jauh dengan akupuntur yang menancapkan jarum dalam tubuh. Maksud Mulyadi, prinsip kerokan adalah meningkatkan temperatur dan energi pada tubuh yang dikerok. Peningkatan energi ini dilakukan melalui perangsang kulit tubuh bagian luar. Dengan cara ini, saraf penerima rangsang di otak akan menyampaikan rangsangan yang menimbulkan efek memperbaiki organ pada titik-titik meridian tubuh. Nah, pada gilirannya, arus darah di tubuh yang lancar akan menyebabkan pertahanan tubuh juga meningkat.

*** RAMUAN MASUK ANGIN *** Masuk angin biasa ditandai dengan terganggunya alat pernapasan dan pencernaan. Perut kembung, mual, muntah, batuk, pilek, dan sariawan merupakan beberapa dari tanda-tanda itu. Berikut ini beberapa ramuan untuk mengatasinya. Tradisi minum ramuan tradisional atau tanaman obat sudah ditinggalkan orang. Tak lain karena kebanyakan orang tak lagi mengetahui kegunaan dari tanaman tersebut untuk pengobatan. Bahkan, sebagian orang menganggap ramuan tradisional itu kuno, repot, pahit, bau, dan tidak manjur. Padahal, menurut Yellia Mangan, herbalis dan praktisi pengobatan tradisional di Jakarta, ramuan tradisional cukup efektif untuk mengobati penyakit pada anak, terutama penyakit ringan seperti pilek, panas, diare, ataupun masuk angin. Semua itu dengan catatan, bila dalam waktu 3 hari tak ada gejala membaik, anak tetap harus dibawa ke dokter. Pemanfaatan bahan-bahan berasal dari alam, termasuk tanaman dan mineral untuk kesehatan tubuh, relatif lambat daya kerjanya. Namun, seperti dijelaskan Drs. Bambang Mursito, Apt, MSi., pengajar di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta, beberapa kalangan berpendirian bahwa efek samping akibat penggunaan bahan alam tidak lebih besar daripada bahan obat yang dibuat secara sintesis. Soal dosis, menurut Yellia, ramuan yang terbuat dari tanaman obat memang punya dampak cukup berbahaya bila berlebihan, seperti timbulnya rasa mual, muntah, pusing, dan diare. Sebaliknya, bila dosisnya terlalu sedikit, bisa tidak efektif dan lama sembuhnya. “Jadi, bila tak yakin pada ukuran ramuan, lebih aman tanyakan kepada herbalis atau yang sudah berpengalaman. Bisa juga berpatokan pada buku-buku ramuan,” katanya. Berikut ramuan peluruh gangguan pernapasan dan pencernaan yang ditawarkan Drs. Bambang Mursito, Apt, M.Si. Gangguan Pencernaan Tanda-tanda masuk angin pada gangguan saluran pencernaan anak, antara lain mual, muntah, dan masuk angin. Gejala lain, yakni sariawan, kembung dan mulas, cacingan, sembelit, diare, dan kurang nafsu makan. Berikut ramuan untuk mengatasi gangguan saluran pencernaan: 1. Sariawan Bahan: 1 jari rimpang temulawak, 1 jari buah asam, gula aren, 1 gelas air Pemakaian: Cuci bersih temulawak, lalu iris tipis-tipis. Masak bersama-sama asam dan air hingga mendidih. Setelah dingin, saring. Tambahkan gula aren sambil diaduk. Minum tiap pagi dan sore, masing-masing 1/2 gelas. Bahan: 10 helai daun sirih, 1 gelas air Pemakaian: Cuci daun sirih. Masak dengan segelas air dalam kuali tertutup hingga mendidih. Setelah dingin, saring. Airnya digunakan untuk kumur-kumur sebelum makan. Lakukan setiap hari hingga sembuh. 2. Kembung dan Mulas Bahan: 5 helai daun delima putih, 1/2 gelas air Pemakaian: Cuci bersih bahan sambil diremas-remas. Tambahkan air, lalu masak hingga mendidih. Setelah dingin, saring. Airnya diminum sekaligus. Lakukan 3 kali sehari. Bahan: 1/2 jari rimpang temulawak, 1/2 jempol buah asam jawa, 1/2 jempol gula aren, 1/2 gelas air Pemakaian: Cuci bersih temulawak, lalu parut. Tambahkan asam jawa dan air, kemudian peras. Tambahkan gula aren ke dalam air hasil perasan, lalu aduk hingga homogen. Minum tiap pagi dan sore hingga sembuh. 3. Cacingan Bahan: 3 jari rimpang jahe, 1 sendok makan madu, 1 1/2 gelas air Pemakaian: Cuci jahe dengan air bersih, lalu potong tipis-tipis. Masak hingga mendidih. Setelah dingin, saring. Tambahkan madu, aduk hingga homogen. Minum 3 kali sehari, masing-masing 1/2 gelas. Bahan: 2 sendok makan biji pepaya, 1 sendok makan madu, 1 gelas air matang Pemakaian: Cuci bersih biji pepaya, lumat dengan dengan air panas, lalu peras. Tambahkan madu. Minum sekaligus. Lakukan setiap pagi hingga sembuh. 4. Sembelit Bahan: 20 gram daun lidah buaya, 2 sendok makan madu Pemakaian: Kupas daun lidah buaya. Masukkan daging daun lidah buaya dalam sebuah wadah, tambahkan madu. Aduk hingga homogen. Minum tiap pagi dan sore hingga sembelit hilang. Bahan: 1 jari rimpang temulawak, 1/2 gelas air Pemakaian: Cuci rimpang temulawak, potong tipis-tipis. Masak hingga mendidih. Setelah dingin, saring. Airnya diminum sekaligus. Lakukan setiap pagi hingga sembuh. 5. Diare dan Muntah Bahan: 3 sendok teh adas, 5 lembar daun jambu biji, 10 cm kulit batang pulasari Pemakaian: Cuci bersih adas dan daun jambu biji. Adas dimemarkan, sedangkan daun jambu biji dipotong kecil-kecil. Tambahkan 1 1/2 gelas air dan batang pulasari, masak hingga mendidih selama 30 menit. Setelah dingin, saring. Airnya diminum tiap pagi dan sore, masing-masing 1/2 gelas. Bahan: 20 helai daun salam, 1 gelas air Pemakaian: Cuci bersih daun salam, lalu haluskan. Masak hingga mendidih selama 30 menit. Setelah dingin, saring. Airnya diminum tiap pagi dan sore, masing-masing 1/2 gelas. Lakukan hingga sembuh. 6. Kurang Nafsu Makan Bahan: 10 lembar daun pegagan, 1 1/2 gelas air, 1 sendok makan madu. Pemakaian: Cuci bersih daun pegagan, lalu masukkan dalam sebuah wadah dan didihkan hingga 15 menit dalam keadaan tertutup. Setelah dingin, saring. Tambahkan madu. Minum ramuan 3 kali sehari, masing-masing 1/2 gelas. Bahan: 1 jari rimpang temulawak, 10 gram asam jawa, 30 gram gula jawa, 1 1/2 gelas air. Pemakaian: Cuci bersih temulawak, lalu potong kecil-kecil. Masukkan asam jawa, masak hingga mendidih dalam keadaan tertutup. Tambahkan gula, aduk hingga homogen, lalu saring. Minum 3 kali sehari, masing-masing 1/2 gelas. Gangguan Pernapasan Keluhan seputar sakit di saluran pernapasan paling umum menimpa anak-anak, terutama di musim hujan atau pancaroba. Petunjuk umum adanya gangguan di sistem pernapasan adalah batuk, demam, kesulitan bernapas, bersin, rasa tidak enak pada tenggorokan atau dada, nyeri dada, bibir membiru, serta suara mendengkur saat bernapas. Berikut ramuan untuk mengatasinya. 1. Batuk Bahan: 30 gram bawang putih, 25 gram gula batu, 1 gelas air matang Pemakaian: Kupas kulit bawang putih, lalu lumat. Tambahkan gula batu dan 1 gelas air matang, diamkan selama 5 jam, lalu saring. Minum sehari sekali, 1 sendok makan. 2. Asma Bahan: 1 batang rimpang alang-alang, 1/2 jari rimpang kencur, 5 lembar daun sirih, 1 gelas air, 1 sendok makan madu, 1 sendok teh air jeruk nipis Pemakaian: Cuci semua bahan. Alang-alang dan kencur dipotong-potong, daun sirih diremas-remas. Masak hingga mendidih dalam keadaan tertutup. Setelah dingin, saring. Tambahkan madu dan air jeruk nipis, aduk hingga homogen. Minum sekali sehari sebelum tidur, sebanyak 1/2 gelas. 3. Demam Bahan: 3 buah umbi bawang merah, 2 sendok makan minyak kelapa, 1/2 sendok makan minyak kayu putih, 1 iris buah jeruk nipis. Pemakaian: Kupas bawang merah, potong tipis-tipis, lalu hancurkan. Tambahkan minyak kelapa, minyak kayu putih, serta air perasan jeruk nipis. Campuran diaduk hingga homogen. Gosokkan pada ketiak, punggung, perut, dan kepala. Lakukan dua kali sehari, tiap pagi dan sore. Untuk membersihkan, gunakan air hangat. 4. Pilek Bahan: 5 buah umbi bawang merah, 5 buah umbi bawang putih, 5 jari rimpang jahe, 2 gelas air. Pemakaian: Jahe dicuci bersih, bawang merah dan bawang putih dikupas, lalu potong kecil-kecil. Tambahkan 2 gelas air dan dimasak hingga mendidih dalam keadaan tertutup. Setelah dingin, saring. Minum 2 kali sehari, masing-masing 1/2 gelas.

Sumber : Kompas.com

Posted in Kesehatan | Dengan kaitkata: , , , , , , , | Leave a Comment »